Sabtu, 30 November 2013

Tokyo Ravens EP4/24

Judul Episode: Sekolah

Harutora and his best friend, Touji, pindah ke Perguruan Dukun di tokyo. Menempati kamar baru, seragam baru, hari-hari baru pun di mulai.

Opening Song

Harutora and Touji masuk untuk hari pertama mereka. Di sana, mereka di sambut dua roh utusan berbentuk patung singa, Alpha dan Omega.
"Anda telah terdaftar, silakan masuk."
Langsung saja mereka bertemu dengan kepala sekolah. Namun baru bicara sejenak, wali kelas mereka, Ootomo-sensei sudah menjemput mereka untuk segera masuk kelas karena kelas segera di mulai.

Di dalam kelas, mereka memperkenalkan diri. Namun, segera di interupsi oleh Kyouko. Argumen Kyouko di tolak Natsume, yang beranggapan bahwa kata-kata Kyouko telah menghina keluarga Tsuchimikado. Suasana memanas.

Jam istirahat. Perbincangan ringan. Di saat guru kelas tambahan datang, Natsume pamit dan berkata untuk mari berjuang bersama-sama.

Setelah itu, Touji dan Haruto berbincang dengan seorang murid lainnya di sana yang sedang hendak menikmati makan siangnya. Memcari informasi tentang sekolah dan soal murid yang beradu argumen dengan Natsume, Kyouko, yang ternyata cucu kepala sekolah.

Jam terakhir usai. Harutora mendapat zero poin pada tes. Natsume got mad, dan berjanji akan membantunya MENGAJARI Harutora mengejar ketertinggalannya.

Malam hari. Di asrama teringat soal roh utusan yang di berikan ayahnya sebagai hadiah perpisahan. Bingung bagaimana cara menggunakan kertas mantra roh utusan itu, eh ternyata malah aktif dengan sendirinya ketika tanda bintang di pipinya bersinar. Jeng jreng..! Muncullah sosok mungil bertelinga dan berekor, yang memperkenalkan diri sebagai Kon.

Part I Done

Roh utusan. Sosok yang ada di hadapan Harutora saat ini adalah roh utusannya yang di berikan oleh ayahnya. Dia bercerita bahwa dia telah lama mengabdi di keluarga Tsuchimikado. Kon menunjukkan beberapa kemampuannya, seperti menghilang, mengambang di udara, mengeluarkan sihir api, dan kemampuannya yang katanya mampu assassinate siapa yang berani melawan Harutora dengan belati kesayangannya, Kachiwari, berikut dengan ekspresi sadisnya sambil meghunuskan belati ke arah wajah Harutora. Ketakutan, dimintalah Kon untuk menurunkan belatinya.

Kelas berlangsung. Di tengah pelajaran yang diberikan, Harutora malah melamun, dan tentu saja ini di tegur oleh guru. Kyouko mengambil kesempatan ini untuk memojokkan Harutora, mengatai, dan sebagainya. Muncul roh utusan Harutora, Kon, untuk menghentikan tindak tanduk Kyouko ini yang langsung di cegah Harutora sendiri. Tersaingi, Kyouko memanggil juga kedua roh utusannya, Hakuou dan Kokufuu. Suasana memanas. Namun segera di tenangkan oleh sensei. Sensei meminta kalau masalah ini di seselaikan dengan "Pertarungan antar Pelayan".

Merasa masih pemula, Harutora merasa sedikit murung. Ootomo-sensei memberi semangat untuk tidak menyerah.

Saatnya pertarungan di mulai. Harutora menggenakan pakaian perlengkapan kendo, dengan jirah dan pedang yang sudah di mantra oleh Ootomo-sensei. Pertarungan pun, "Dimulai!"

Part II Done

Ending Song

Cuplikan

Done

Galilei Donna EP 6/11

Episode Title: Gallileo Tesoro

Hazuki demam, menit-menit awal yang cukup suram. Ayo cari
rumah sakit segera! Plot: Nice!

Opening Song

Di awali dengan cerita seorang kodomo yang tinggal bersama kedua orang tuanya yang damai. Namun hujan batu es (Ini negara mana yang bisa hujan batu es yang bisa hancurin rumah? Googling sendiri). Rumah mereka hancur, dan saat meminta tolong menyelamatkan ayahnya, orang yang di mintai tolong malah mengambil kalung berlian milik ibunya dan
pergi. Eh, ternyata cuma mimpi. Ok lanjut..

Rumah sakit di temukan, yatta!.

Mendarat di atap rumah sakit. Rencana; mencuri obat untuk Hazuki.

What?! Black Ganymede membajak rumah sakit? Pantas saja sepi. Juga Roberto Materazzi ada di sini cari suku cadang. Perkelahian tak terhindarkan, walau akhirnya Black Ganymde yang menang.

Obat sudah ketemu, waktunya kembali ke kapal secepatnya. Eits! Mati Lampu?!

Part I Done

Mati lampu tiba-tiba, rumah sakit jadi kacau, ribut, adu mulut.
Di sisi lain, Duo anggota Black Ganymede bercerita sedikit masa lalu mereka tentang bagaimana pertemuan dengan bos mereka. Terharu, ya, terharu.

Mendengar suara tembakan, Hocchi dan kawan-kawan kembali ke ruangan rumah sakit, hanya untuk melihat orang-orang di tembak mati oleh Roberto, yang muak mendengar ocehan orang-orang di sana. Hochi yang sudah tidak tahan dengan perbuatan Roberto, menerjangnya, yang menyebabkan tembakannya meleset mengenai sebuah tabung dan meledak. Kacau, semua orang panik. Tetapi, kalung Hochi bersinar, dan menyelamatkan keadaan di sana.

Badai sudah reda, saatnya kembali ke kapal, jadi kita bisa mengobati Hazuki segera! Lalu pergi secepatnya!
Detik-detik terakhir Roberto mengatakan kalau dia sudah menmukan Gallileo Tessoro. Kalung Hochi? Lihat kelanjutannya.

Part II Done.

Ending Song.

Done.

Selasa, 28 Mei 2013

Date A Live EP#03/12


Shido and Tohka are going on a date. Mereka pergi ke pusat Kota, melihat-lihat toko di pinggir jalan. Tohka yang selalu penasaran pada semua hal selalu menanyakan apa ini dan itu pada Shido. Melihat kue yang enak, dia ingin. Melihat restoran yang bagus dia mencoba mencari tahu juga. Sialnya mereka bertemu seorang teman dekat Shido, Tonomachi, yang menanyai mereka tentang siapa gadis yang bersamanya itu. Karena terlalu seru mengobrol maka tanpa bisa di hentikn lagi Tohka pun langsung masuk ke dalam rumah makan tersebut. Teman Shido ini juga terlihat memberikan semacam kupon makan kepadanya agar dapat bersenang-senang.
Di dalam restoran tersebut, Shido bertemu dengan Reine-san, yang menyamar sebagai pelayan. Dan juga mereka bertemu dengan imouto yang juga menyamar sebagai pelayan. Ditengah kebingungan memilih makanan apa yang akan di pilih oleh Tohka, imouto menawarkan special overkill course, hidangan porsi super besar, meskipun begitu, tetapi tetap saja langsung di santap habis. Imouto menambahkan bahwa setelah selesai makan ini, mereka harus pergi mengarah ke selatan kota. Shido bingung, karena di sana hanya ada pemukiman penduduk, tidak ada sesuatu yang bagus. Walau begitu mereka tetap di suruh untuk pergi ke sana.
Pemukiman penduduk yang berada di selatan stasiun kereta ini di sulap menjadi suatu daerah pertokoan. Banyak penjual makanan di sana. Ketika melihat dari kejauhan, ini membuat Shido terheran, kenapa daerah tersebut berubah menjadi daerah pertokoan. Mereka pun mengarah ke sana. Di sana mereka di sambut dengan kemenangan pengunjung yang ke 100.000 dan berhak makan sepuasnya. Tentu saja ini membuat Tohka menjadi sangat senang. Di sana dia makan ini dan itu sepuasnya. Meski begitu Shido tetap saja bingung dan bertanya, apa yang sebenarnya terjadi. Hal ini dilihat oleh Tohka dan membuatnya sedih. Dia menanyakan pada shido kenapa terlihat tidak terlihat bersenang-senang. Shido pun menjawab bahwa sebenarnya dia bersenang-senang, juga menambahkan bahwa akan mengikuti tohka walau ke ujung dunia.
Undian keluar. Mereka memenangkan special prize: tiket masuk ke Dream Park. Tohka senang, meski tidak tahu apa itu sebenarnya. Shido pun juga bertanya-tanya, apa itu sebenarnya. Dan ternyata yang membuat mereka bingung itu adalah… ehem, Love Hotel. Tohka berpikiran bahwa tempat ini sepertinya menarik. Sebaliknya, Shido berpikir bahwa ini merupakan tempat yang berbahaya. Dia mengajak Tohka untuk tidak masuk kesana, meski pun terus Tohka memaksa untuk masuk. Ditariknya tangan tohka agar menjauh dari sana. Di sana origami diam-diam mengawasi apa saja yang mereka lakukan. Origami meminta perintah untuk menyerang targetnya. Dan dia pun mendapatkan baju mecha miliknya dan menuju target.
Tiba-tiba hujan turun dengan lebat. Mereka pun singgah ke sebuah toko mainan. Di dalamnya terdapat banyak sekali alat mainan. Tohka mengarah pada satu mesin mainan yang menawarkan sebuah bantal lucu. Dia sangat menginginkan mainan tersebut dan mencoba memainkannya meski akhirnya gagal mendapatkan apa yang di inginkan. Dia meminta Shido untuk membantunya yang langsung di sarankan untuk mencari mainan lainnya. Tetapi karena terlihat sangat ingin mainan yang pertama tersebut akhirnya mereka mencoba bersama. Sido menekan tombol ini sementara Tohka nenekan tombol lainnya. Suasana pun terlihat tegang, karena setelah hamper sedikit lagi keluar, ternyata mainan itu tersangkut. Shido merasa menyesal karena salahnya mainan tersebut tidak dapat mereka dapatkan. Akan tetapi hal ini membuat Tohka sangat depresi, dia dan Shido berusaha sudah dengan keras akan tetapi tetap tidak mendapat hasil dari jerih payah yang telah di lakukan. Shido yang melihat ini merasa terkejut dan juga sedih. Tapi takdir memihak mereka. Mainan yang sangat di inginkan Tohka akhirnya jatuh dan keluar. Mereka berdua pun bersorak senang.
Di pegunungan, mereka berdua melihat matahari terbenam bersama-sama. Tohka masih kebingungan dan membertahu pada Shido bahwa dia masih belum bisa menyimpulkan apa date itu. Shido pun menjelaskan sedikit apa date itu. Shido juga mengatakan bahwa mereka tidak ada manusia di sini yang berniat membunuh Tohka. Tempat yang begitu indah ini penuh dengan orang-orang yang menyenangkan. Tohka juga sependapat, dia tidak pernah mengira bahwa dunia ini begitu indah, begitu banyak hal menyenangkan, juga mengatakan dia akhirnya mengetahui sebab kenapa ada orang-orang yang ingin membunuhnya, yaitu karena dia muncul di dunia ini dan menghancurkan keindahan dimana saja dia muncul. Dia berpendapat bahwa lebih baik bahwa seandainya dia tidak ada di dunia ini. Shido tidak setuju akan pendapat tersebut. Dia meminta Tohka untuk tinggal di dunia ini. Tohka membalas bahwa dia tidak tahu apapun tentang dunia ini. Shido membalas bahwa dia akan mengajarkan apa saja yang dia ketahui. Bila terjadi hal sesuatu, dia akan selalu ada membantunya. Shido meminta Tohka menggenggam tangannya, yang langsung di terima Tohka dengan senang. Akan tetapi Shido merasakan sesuatu yang aneh, seperti hal buruk akan segera menimpa mereka.
Di sisi lain, terlihat bahwa team mecha mengincar Tohka dengan menggunakan sniper. Mereka tak pernah menyangka bahwa spirit muncul akan tetapi tanpa memunculkan kekacauan. Mereka mengarahkan tembakan pada Tohka dan menunggu perintah. Begitu mendapat perintah, tembakan pun di lancarkan. Akan tetapi kejadian yang tak di duga terjadi. Shido mendorong Tohka hingga menyebabkannya terjatuh. Tentu saja Tohka marah atas apa yang di lakukan Shido. Akan tetapi Tohka langsung shock karena Shido yang mendorongnya itu terkena tembakan yang di lancarkan team mecha tadi. Tohka shock berat. Dia tak menyangka Shido rela terkena tembakan hanya untuk melindunginya, meski itu sampai merenggut tubuhnya hingga berlubang di sebelah perut kirinya. Tohka benar-benar shock berat. Tohka melihat Shido yang ada di depannya kini hanya terkapar tak sadarkan diri. Dia benar-benar marah, di pakainya pakaian jirahnya, di panggil juga pedang miliknya, “Sandalphon.” Bahkan dia sampai merubah bentuk lanjut dengan memukulkan pedangnya tersebut pada pasak emas tempat pedang itu di tancapkan hingga berkeping-keping, yang akhirnya menjadi satu dengan pedangnya. Bentuk pedang baru ini bernama “Halmanhelev.” Pedang di tebaskan, membelah bukit terdekat dimana seorang penembak dari team mecha berada. Komandan memerintahkan untuk menyingkir dari lokasi akan tetapi sudah terlambat. Karena Tohka telah sampai di tempat. Dia mengamuk, menebaskan pedangnya tanpa kendali. Sementara Shido yang terkapar tanpa sadar dapat pulih kembali. Dia datang ke tempat Tohka untuk menghentikan Tohka yang sedang mengamuk. Tohka menyambut ke datangan Shido dengan senang dan sekaligus kebingungan karena Shido terlihat tidak apa-apa. Namun pedang “Halmanhelev” kehilangan kendali. Untuk menenangkan “Halmanhelev,” Shido mencoba meminta Tohka untuk melakukan kiss. Tohka tentu saja tidak mengerti apa itu kiss. Shido menjelaskan bahwa kiss itu adalah seperti they put each other’s lips toge-… belum selesai Shido menjelaskan langsung saja Tohka melakukan apa yang Shido terangkan. Pedang “Halmanhelev” langsung tenang, namun ada keterkejutan pada mereka berdua. Dan kekuatan yang di miliki Tohka juga ikut memudah begitu juga dengan baju jirah miliknya. Shido meminta maaf pada Tohka dan mengatakan kalau itu tadi sebenarnya hanya pilihan terakhir untuk di lakukan. Tapi Tohka tidak peduli dan meminta Shido untuk tetap di sisinya untuk saat itu. Tohka bertanya apa Shido bersedia untuk mengajaknya date lagi, dan tentu saja di jawab dengan singkat, “Yeah, anytime.”

Minggu, 26 Mei 2013

Dansai Bunri no Crime Edge EP#04/13

Semester baru pun di mulai. Serangan musuh tidak lagi nampak menghantui. Hari yang tenang. Akan tetapi sekelas dengan si "Injection" bukanlah hal yang patut di anggap mudah, meski akhirnya dapat akrab juga karena saran yang di berikan merubah sikap dinginnya. Dimulai dengan minta maaf kepada "Queen" atas perkataan kasarnya, dan mengatakan bahwa yang membunuh orang tuanya bukanlah mereka, melainkan pengguna "Killing Goods" lainnya. Tentu saja ini di tanggapi "Queen" dengan positif dan sangat senang, dan bahkan mereka merencanakan untuk pergi ke suatu tempat dimana sang ayah yang seorang kolektor barang antik dari seluruh dunia sering menyempatkan waktu berkunjung.
Berangkatlah mereka dengan beberapa teman dekat ke tujuan. Yaitu semacam kafe yang cukup jarang banyak pengunjungnya. Untuk lebih meyakinkan apakah tujuan mereka tepat, mereka menanyakan pada salah seorang pelayan yang kebetulan ketika itu sedang menyambut dengan ramah. Akan tetapi ia tidak dapat mengkonfirmasi apakah tempat ini adalah yang mereka cari karena kebetulan yang menyambut mereka ternyata tuna netra. Mereka pun di persilahkan masuk dan di carikan tempat duduk. Suasana yang cukup tenang. Begitu menurut "Queen", pantas saja sang Ayah menyempatkan waktu luang untuk datang ke tempat ini. Mereka juga di sajikan makanan yang nikmat ditambah alunan piano yang kini sedang dimainkan oleh pelayan bisu tadi. Lagu yang dimainkan cukup mereka kenal sehingga mereka cukup terkejut dan bingung kenapa melodi tersebut tidak dimainkan hingga selesai. Namun sesaat sebelum lagu berhenti, "Queen" merasakan sesuatu yang cukup sakit di dadanya, entah karena apa tidak di ketahui. Beliau pun menjawab saat di beri pertanyaan atas lagu yang tidak di mainkan hinnga selesai itu di lakukan untuk menarik pengunjung agar datang dan singgah kembali.
Salah seorang pengunjung lainnya di kafe itu pergi, meninggalkan sedikit kesan ringisan menyeramkan yang kebetulan hanya dapat di rasakan oleh Kiri-kun. Dia pun mengejarnya, seorang pengguna "Killing Goods" yaitu "The Rulebook of Sentencing and Execution". Seorang officer datang berusaha menangkapnya. Akan tetapi malah si officer yang terkena hukum. Yaitu dengan munculnya tali gantungan yang akan menjerat seseorang yang didakwa bersalah agar di gantung.
Apabila terdakwa tidak cukup bersalah atau tidak berhak mendapat hukuman maka tali gantungan itu akan putus pada detik-detik akhir. Pada akhirnya si officer di bawa ke rumah sakit. Di sana bersama dengan si "Injection" serta kakaknya sempat di jelaskan bahwa dia adalah "Instead" bagi si "Rullerbook". Juga di dengar bahwa atasannya terkait pula dengan organisasi "Gossip", yaitu group observasi yang mengatur agar para pemilik "Killing Goods" agar mencari dan membunuh "Hair Queen".
Kiri-kun kembali ke kafe dan mereka pun pamit pulang. Di akhir episode di perlihatkan bahwa pemain piano di kafe tersebut juga seorang pengguna "Killing Goods", yang bernama "Pianissimo of Ecsatatic Symphony" serta pria yang selalu bersamanya itu tuna rungu, sebagai "Instead" bagi sang pianis.
Iwai-chan, the "Hair Queen" berkunjung ke kafe kembali. Dia kembali untuk mendengar lagu yang dimainkan. Dia juga bercerita bahwa akan camping di gunung. Stargazing the star with someone she want to have by her side.

Dansai Bunri no Crime Edge EP#03/13

Kiri-kun di undang ke sebuah salon kecantikan milik Kashiko. Dia pun mengajak pergi dengan "Queen" untuk pergi bersama-sama. Mereka pun sampai di tujuan. Di sana mereka berbincang bincang dengan Kashiko serta beberapa teman, seorang yang ternyata adalah juga seorang model yang memiliki rambut yang indah. Di perjalanan pulang, mereka melihat tempat kejadian perkara di mana sebuah lubang kembali muncul di sebuah dinding bangunan. Mengerikan. Pelaku masih berkeliaran. Mereka bertemu dengan si Injection. Dia menginformasikan bahwa si pelaku mungkin orang yang sudah hilang akal sehatnya karena pengaruh dari "Killing Goods". Tetapi meski begitu mereka harus tetap waspada.
Hujan deras turun. Kiri-kun terpaksa menginap di rumah queen. Suasana yg akward. Pada malam itu diketahuilah bagaimana rambut "Queen" tumbuh dengan cepat.
Our Queen is changing clothes setelah taking a bath. In that time, sesosok bayangan di cermin ruang ganti muncul menangkapnya dan membuatnya berteriak. Kiri-kun dengan kilat menyelamatkan dengan memotong helai rambut yang di tarik pelaku. Dan pertarungan di mulai. Kiri-kun meningkatkan kepercayaan diri pada kemampuannya, guna meknghadapi musuh yang memiliki tinggi hampir dua kali lipat, dan bersenjatakan hammer pula. Saling serang tak terelakkan. Musuh memukulkan palunya, tepat mengarah pada Kiri-kun. Akan tetapi entah kenapa dengan mudah dapat di hindari, dan juga tidak sedikitpun ada rasa takut.
Suasana semakin memanas. Kiri-kun melancarkan serangan ke arah wajah lawan, menggores dan
mengancam agar musuh menyerah. Akan tetapi terlihat musuh tidak mengindahkan perkataannya.
Serangan kali ini benar-benar menentukan. Serangan terakhir yang merupakan serangan sepenuh hati. Serangan yang tulus untuk melindungi "the Queen" apapun yang terjadi, meski harus menjadi iblis dan membunuh sekalipun, akan tetap di lakukan. Serangan amukan musuh di hadapi Kiri-kun, di hindarinya sambil di lancarkannya serangan ke tubuh lawan. Serangan Crime Edge yang mencabik. Merobek, memotong, menyayat tubuh, yang sama mudahnya, dan seolah tak ada bedanya dengan memotong rambut seseorang. Darah memancar pada bekas luka yang di terima. Dan akhirnya terkaparlah musuh yang di hadapinya.
Keesokan harinya Kiri-kun melaporkan kejadian yang terjadi kepada profesor, yang di tanggapi dengan sedikit kurang serius. Pada malam harinya ditelusurilah jejak pengguna hammer malam sebelumnya ternyata sempat melarikan diri. Di ketahui kalau pelaku penyerangan tersebut bukan terbunuh karena kehabisan darah dari bekas luka pertarungan, melainkan pelaku bunuh diri, yaitu dengan gantung diri.